Senin, 03 Desember 2012

ARTBee : CERAHNYA INDUSTRI KREATIF DISTRO DAN CLOTHING

Gembar-gembor pemerintah soal kebangkitan ekonomi dan industri kreatif masih sebatas wacana. Remaja di berbagai daerah justru bisa menggerakan roda ekonomi sendiri.


DUNIA remaja tak selalu identik dengan urusan percintaan, narkoba, tawuran, seks bebas, dan perilaku negatif lainnya. Ternyata tidak sedikit para remaja yang mampu menghasilkan uang sendiri, bahkan sanggup menghidupi orang lain lewat industri kreatif distro dan clothing.

Distro dan clothing adalah salah satu peluang usaha yang sangat prospektifbagi remaja kreatif maupun orang awam yang memiliki bakat alami dalam mendesain dan menjadi pengrajin sablon.

Antara distro dan clothing memang berbeda nama, namun saling berkaitan. Clothing adalah suatu bidang usaha yang memroduksi suatu produk pakaian atau mode dengan menggunakan brand (merek) sendiri. Mereka bisa memasarkannya sendiri atau bekerja sama dengan distro untuk memasarkannya. Sedangkan distro merupakan bidang usaha yang hanya memasarkan produk dari clothing tertentu.

“Namun ada juga clothing yang merangkap distro. Yang jelas, industri kreatif ini memiliki dua ciri khas, yakni independen dan mengandalkan networking (jaringan) yang luas,” kata Nino Flint, Marketing Communications Indonesia Independent Clothing Association (IICA), Kamis (1/7/10).

Menurut Nino, saat ini jumlah pelaku industri kreatif distro dan clothing di Indonesia terus bertambah. Pasalnya, produk t-shirt yang dihasilkan usaha ini mampu membuat para remaja menjadi lebih percaya diri ketika tampil di hadapan publik. Apalagi konsep visual yang ditampilkan di t-shirt dibuat dalam jumlah terbatas (limited) dan bisa menaikan gengsi serta identitas pemakainya.

“Jadi, industri kreatif distro dan clothing tidak sekadar menjual baju, tapi ada image kuat yang melekat bagi pemakai dan pembuat bajunya. Di kawasan AsiaTenggara, Indonesia satusatunya negara yang pertumbuhan distro dan clothingnya cepat. Pangsa pasarnya baru 40 persen. Saat ini kira-kira lebih dari 10 ribu usaha. Di Bandung saja sudah ada 1.000 distro dan clothing,” ujar Nino.

Namun, sambung Nino, bagi para pemula yang menggeluti bisnis ini seringkali terkendala sarana dan saluran untuk memasarkan produknya. Padahal industri kreatif ini mampu memberikan stimulus ekonomi dan mendorong industri kreatif lainnya agar berkembang. Sebagai solusinya, berbagai event pun digelar agar masyarakat mengetahuinya, seperti Jakarta Clothing Expo (Jakcloth) 2010 yang digelar awal pekan Juli 2010.

“Tahun lalu dimana Jakcloth pertama kali digelar, nilai transaksinya mencapai Rp 10 miliar dengan jumlah pengunjung lebih dari 50.000 orang. Ini sesuatu yang luar biasa,” ungkap Nino.

Tahun ini, rangkaian clothing expo akan digelar di beberapa kota besar. Selain di Jakarta, sebelumnya sudah digelar di Bandung, Lampung, dan Makassar. Event berikutnya akan dilangsungkan di Medan, Surabaya, Malang, dan Yogyakarta.

Dikatakan Nino, acara berlangsung sukses dan para remaja di kota tersebut cukup responsif menyambut perhelatan akbar ini. Di sisi lain, hal tersebut menunjukan industri kreatif distro dan clothing tetap hidup.

“Saya berharap terus ada geliat dan pertumbuhan cepat industri ini di kota lainnya, agar para remaja bangga menjadi bagian dari Indonesia yang mampu menggerakan roda perekonomian,” tandasnya.

Sementara itu, PT Sinar Sosro yang salah satunya memroduksi minuman fruit tea sepenuhnya ikut mendukung serentetan clothing expo di berbagai daerah. Menurut Deputy Wakil Direktur PT Sinar Sosro Aria Wahyudi, keterlibatan Sosro sematamata untuk mendukung kreativitas anak muda Indonesia yang semakin bergaung keras. Selain itu, Sosro terus mendorong perkembangan industri kreatif distro dan clothing yang menunjukan peningkatan sangat besar.

“Fruit tea telah dikenal sebagai produk minuman teh rasa buah yang identik dengan anak muda yang gaul, kreatif, bergaya beda, dan gokil (gila). Ini selaras dengan prinsip dan image para pelaku usaha distro dan clothing,” terang Aria, Kamis (1/7/10).

Bagi Aria, keikutsertaan perusahaannya menjadi langkah awal penyemangat anak-anak muda yang memiliki jiwa mandiri dan kewirausahaan. Namun Aria mengaku belum terpikir untuk merekrut dan membina para pelaku industri kreatif, utamanya di daerah yang memiliki keunikan lokal. Saat disinggung total dana yang digelontorkan Sosro untuk menyeponsori acara ini, Aria tak bersedia membeberkannya.

“Angkanya cukup variatif. Yang pasti, kami juga turut memberikan berbagai hiburan bagi para pengunjung dan mendatangkan artis-artis ibukota yang menjadi idola remaja,” ucapnya seraya tersenyum.

Sayangnya, sambung Aria, industri kreatif ini belum dilirik pemerintah. Padahal, saat ini pemerintah tengah getol mengampanyekan kebangkitan ekonomi dan industri kreatif serta menyosialisasikan ‘100 Cinta Produk Indonesia’. Pemerintah dianggap masih sebatas berwacana dan belum ada tindakan nyata untuk merangkul kalangan muda potensial ini.

Di sisi lain, pemerhati sekaligus pecinta distro dan clothing Bagus ’Netral’ berharap pelaku industri ini tidak menyerah begitu saja meski kurang diresponpemerintah. Lebih dari itu, Bagus menginginkan agar ke depan produk-produk distro dan clothing tidak hanya diminati kaum remaja, namun juga mampu memasuki pasar segmen keluarga. Inilah salah satu tantangan berat bagi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar