Jumat, 05 Februari 2016

Malamku Berbeda

its been long day without typing and posting something in this blog. sometimes im missing spent a whole day to blogging like a few years ago. but lets start again with a broken heart verse

"Malamku Berbeda"

Ada hal yang berbeda dimalam-malas setelahnya, selepas kepergiannya
Malam ini jauh lebih gelap dari biasanya ya?, mungkin karna ruangan yang biasanya disinari kini redup dan akhirnya kehilangan cahayanmu.
Malam ini jauh lebih sepi dari biasanya ya?, mungkin karna yang biasanya ada kini tak ada.
Malam ini jauh lebih mencekik dan menyesakkan dari biasanya ya?, mungkin karna dada ini tak lagi terisi udara tapi penuh akan kerinduaku.
Malam ini jauh lebih melelahkan dari biasanya ya?, mungkin karna kini aku mencoba lebih keras untuk melupakanmu.
Malam ini jauh lebih tak terkendali dari biasanya ya?, mungkin hati ini punya nyawa sendiri dan aku kehilangan kendali untuk berhenti merindu.
Dan, Malam ini jauh lebih sepi dari yang aku ingat dimalam-malam sebelumnya, mungkin karena suaramu kini menghilang tak lagi bergema memcah keheningan ruang kosong.
Malam ini aku hanya ingin jujur, karna lelah berbohong yang membuatku sesak, tercekat, dan akhirnya serak. Maafkan aku karna aku bising riuh menyuarakan isi otak yang mungkin hanya sampah, maafkan aku karena aku lupa bagaimana cara untuk membius hati, maafkan aku untuk terimakasih dan maaf yang tak terucap sebelumnya. Maafkan aku, malamku, dan sajak kecilku ini karna kami hanya sama-sama merindukanmu




6F16 #FMT

Rabu, 01 Oktober 2014

intermeso

kayanya udah lama banget nggak ngeposting diblog, kangen sebenernya banyak hal yang udah kelewat dari mulai seneng sampe jumpalitan sedihnya. cuman ngebagi sedikit sih walopun nyampah ya untung -untungan lah kalo ada yang ngebaca.

tau particle board nggak?? nanti bakal ada hubungannya sama manusia, rada nggak nyambung sih cuman kalian juga ntar bakal paham . tunggu next post ya

Sabtu, 25 Januari 2014

sayatan pagi hari

tak selamanya apa yang kalian tangkap dari sebuah tawa adalah ketulusan. tak banyak dari mereka menebar tawa hanya untuk berpura-pura. satu dari mereka panggil saja Nona dia berusaha untuk menutupi apa yang dia rasakan dengan tawa, manis. ibarat pemain sandiwara ternama dia mampu membawkan peran dengan baik dengan melupakan luka yang sebenarnya menacap kuat di hatinya. dia mencoba untuk tak berkerumun pada suatu kelompok dalam waktu yang lama karna dia takut lambat-laun mereka akan menyadari perannya. dia lebih memilih untuk meninggalkan citra manis yang melekat hanya untuk sesaat. dia banyak teman, banyak orang nyaman dengannya hanya saja dia memilih menarik diri. tak sepenuhnya apa yang dia ceritakan adalah utuh apa yang ia rasakan, dia banyak berbicara hanya untuk mengkamuflas apa yang ia sembunyikan. tak ada sejatinya tempat untuk berbagi luka itu atau untuk melatakkan sakitnya sementara. hanya sendiri hanya sepi hanya gelap yang membuatnya lebih baik, tak seorangpun bahkan orang yang tmereka rasa tau segalanya. karna nyatanya mereka hanya menuntut kesempurnaan dimanapun, tanpa memberikan celah untuk Nona mengeluh atau hanya untuk sekadar menghela nafas. lantunan isaknya hanya untuk dia tak ada hati yang singgah hanya untuk singgah mendengarkan dan mencoba untuk meredakan badai hebat dalam hatinya. tanpa memakinya Nona memutuskan untuk terus berjalan walau nyatanya salah satu langkahnya tergeret dan memaksanya jatuh beberapa kali, tetap tak ada yang membantunya berdiri. rasanya bukan lagi kerikil yang menghentikan langkahnya kini rasanya pecahan kaca yang menancap dan memberikan luka lebih dalam dan sayatan lebih lebar dari yang Nona rasakan. kalau saja bisa berharap dia hanya ingin satu hal yang mampu membius mati rasa hati yang kian detiknya makin meremas dadanya sesak. Tuhan jika dihadapkan pada suatu pilihan Nona hanya tetap menginginkan apa yang Nona miliki saat ini tanpa merubah susunan partikel yang ada, hanya saja Nona harap merka lebih mengerti tak banyak menuntuk saat dunia memaksa sebuah kesempurnaan termasuk mereka. cobalah lebih mengerti biarkan sejenak badai itu reda dan akhirnya membiarkan pelangi walau nyatanya hanya sedetik tapi itu lebih dari cukup *menghela nafas*

Rabu, 08 Januari 2014

tempat makan makanan jepang ala angkringan "MAKIZUSHI"

 
"taste, eyes, healt" tiga elemen penting yang akhir ini lagi gencar-gencarnya di realisasiin industri-industri khususnya kuliner. nggak cuman dari tampilan karna saat ini lagi ngetren yang namanya foto makanan trus diupload ke sosmed tapi rasa dan efek kesehatan juga jadi point penting sebelum kamu milih makanan. Sushi makanan khas Jepang yang punya tiga unsur itu lagi ngetren.
ada salah satu tempat makan sushi yang enak plus akur sama kantong, nggak cuman itu tapi tempatnya yang nyaman dengan tema angkringan bisa bikin kamu betah ngumpul lama sama temen-temen di sana. berlokasi di  jalankalasan no 25 i  "Makizushi" memberikan experience yang beda pas kamu makan disana. yang lebih lagi kamu bisa custom rasa ato toping sushi itu ... asikan nggak usah nunggu lama langsung cuss ke sana buka mulai jam 18.00 sampe 23.00 ini ciptain rasa kalian sendiri !!





Maki Zushi Surabaya | jalan Kalasan no 25 i
Read more at http://web.stagram.com/n/makizushisby/#Qdrp8orrPxHuIkgy.99
Maki Zushi Surabaya | jalan Kalasan no 25 i
Read more at http://web.stagram.com/n/makizushisby/#Qdrp8orrPxHuIkgy.99
Maki Zushi Surabaya | jalan Kalasan no 25 i
Read more at http://web.stagram.com/n/makizushisby/#Qdrp8orrPxHuIkgy.99

Selasa, 31 Desember 2013

Memori Hujan [Saat duduk di sebelahnya]


”coba ingat sederhananya bahagia, saat bermain hujan" kataku lirih
“ini terlalu malam untuk bermain hujan”
Sambutku bungkam tak ada lagi sosok yang riang mengajakku berlarian tanpa banyak bicara, bermain hujan. Ingatkah kau sebelum saat ini kau suka hujan, "tidak!" Kau mencintainya bermain berlari bersama dengan alunan derak rintik. kau tak kenal payung yang sekiranya akan menahan hujan sampai ke porimu. sampai ketika kau melepaskankan riang mu pada semua hal yang kau sebut "realistis"
kau bersembunyi dari derasanya, kau menutup telingamu dari suara perciknya. kau rangkap ragamu hanya untuk membiarkan sejuknya hujan tak menyentuh tubuhmu. kau mulai membenci hujan, kerap kali kau salahkan hujan, kau menghindari akan keberadaan hujan hanya karena alasan yang semua orang alami tapi kau terlalu menganggap sempit sebuah kedewasaan.
"kita cukup dewasa untuk berhenti bermain hujan" katamu.
"lalu kenapa??!!" tolakku.
kau sering mengatakan aku konyol saat bermain hujan. "hey!! siapa yang mengenalkanku dengan hujan, tentang semua kesenangan bermain dibawahnya?"
kusadar kedewasaan menggeretmu keluar dari kesenangan bersamaku. aku bahagia dengan kedewasaanmu, tapi aku merindukan sosokmu jauh sebelum ini. aku merindukan kanak-kanakmu yang akan berteriak gembira saat kau lihat langit penuh dengan rapatan air hujan, aku merindukan kanak-kanakmu yang menarikku mentah-mentah ketengah hujan tanpa berfikir panjang, kesenanganmu begitu sederhana saat itu.
dan kini aku membenci kesenanganmu yang baru, sama sederhananya seperti dulu hanya saja kini kau senang saat rapatan titik air yang ada di langit berkurang dan sampai akhirnya datang sinar langit kontras, cerah
Hingga kini, kau masih tetap membenci aku masih setia menanti hujan datang untuk sekadar mencari sederhananya kebahagianmu yang mungkin tertinggal disetiap celah hujan. Tetap menunggumu sadar kembali walau hanya sebatas keyakinan yang mungkin tak sama dengan kau yang kemarin. "ku tunggu kau berbagi hujan denganku"

Saat duduk di sebelahnya

entah kecintaanku pada hujan, atau memang seiring tetesannya hujan memberika ledakan kecil inspirasi untuk menulis. apakah itu hujan maupun hanya gerimis keduanya aku suka.  lets get started*


     *Sepeninggal hujan deras sore itu, tanah basah masih basah memecah suasana dengan aromanya.  rintik gerimis  sisa hujan.  Lantunan air jatuh menimpa logam, Gumaman semesta bertalu.
Tak sekali kita bertemu, tapi tetap dalam ruang yang sama tanpa sapaan. Tak sekali kita saling menatap tapi tak sekalipun berusaha bertegur sapa. Kita duduk dalam diam tak ada berbalas kata. Kita duduk sejajar dalam diam, sambil berbalas kata dengan yang jauh disana. Saat sepi aku membencinya, saat -sendiri aku memakinya. Berjuta Tanya porak-poranda dalam pikiran, kenapa ada senyap saat riuh lebih menyenangkan. Kenapa ada diam saat berisik terasa lebih dinamis.
Kabut tipispun turun perlahan, dinginpun menyergap. Kita masih dalam posisi yang sama, Terperangkap diimajinasi masing-masing. Dingin ini terasa berbeda terasa lebih menusuk saat kau disampingku. Berusaha menghangatkan diri, sesekali ku rapatkan telapak tanganku. kau hanya menatapku dari sudut mata lelahmu seakan mencari tau gerikku.
Pikiranku berkecamuk, kata-kata acak dalam otak rasanya penuh dan seakan-akan ingin meledak untuk diucapkan. Tapi sama saja selalu kelu untuk kuucapkan, Senyap. Sampai akhirnya …  
“aku benci sepi selalau membuatku merasa sendiri, sekalipun riuh semua hanya omong kosong saat kita terjebak dalam dunia abu-abu tanpa dialog”
Sebuah kalimat berat yang bercampur kata-kata konotasi, awalnya susah kumenengerti memecah sore sepi itu. Mataku sepertinya punya otak sendiri ,tanpa banyak pikir kucoba menangkap pancaran mata yang berbeda darinya.
percikan langitpun turun menimpa kami, tak beranjak.

--to be continue--

Rabu, 27 November 2013

memendam

apa yang kau rasakan saat kau 'memendam'?? jika ada satu kata yang mampu mengungkapkan segalanya, menggantikan berlembar-lembar dialog yang mungkin akan membuku saat mampu kutuliskan. ibarat hati, otak dan mulut yang tak bekerja seiring sejalan. rasanya sulit untuk lega ... perasaan yang selalu gelisah, layaknya ada hal yang terselip namun melakat dalam setiap pikiran, setiap perkataan, dan setiap apa yang kulakukan.
tak pernah semudah ini untuk menhilangkan lekatannya, mulut selalu terasa kelu saat akan ku sambungkan hati lewat kata. sebutkan bagaimana lagi cara untuk menyelesaikan semua ini ...
ketika asa terbelenggu!

hanya mampu memendam tanpa mampu diutarakan!