Rabu, 28 November 2012

Artikel bab 8 : Teknik Motivasi Karyawan yang Baik

Kepemimpinan yang efektif adalah yang mengutamakan prioritas. Manajemen yang efektif adalah kedisplinan yang melaksanakan prioritas tersebut. -Stephen Covey

Teknik motivasi yang sukses akan meningkatkan produktivitas dalam pencapaian tujuan. Beberapa teknik motivasi yang telah teruji dapat diterapkan manajemen suatu perusahaan untuk mendorong kinerja dari para karyawannya.

Beberapa manajer bisa saja menggunakan teknik-teknik yang kurang baik yang memicu rasa takut seperti bentakan dan ancaman. Memang ketakutan yang dialami anak buahnya akan memancing respons emosi yang membuat mereka bekerja.

Namun, hasilnya hanya memberikan hasil dalam jangka pendek dan akan merugikan dalam jangka panjang. Ketakutan yang memicu produktivitas akan berubah menjadi kebencian yang tidak produktif. Walaupun begitu, ketegasan tetap menjadi kualitas yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. Jadi, daripada menebar ketakutan lebih baik menanamkan rasa hormat dengan kesantunan yang karismatik.

Pemberian motivasi kepada para karyawan lebih efektif jika dilakukan dengan cara-cara yang baik. Meskipun begitu, kebaikan tersebut jangan sampai menjadi kelemahan dalam memimpin karena kurangnya ketegasan. Pemimpin yang baik disegani karena bisa tegas namun tetap santun, bukan malah menciptakan ketegangan dan ketakutan, stres yang tak perlu.

Teknik motivasi yang baik haruslah mengedepankan nilai-nilai yang positif. Perubahan dan perbaikan dilakukan dengan budaya yang saling mendukung. Para manajer dapat menjadi teladan yang menginspirasi dan mengawal budaya kerja yang saling menghargai ini. Bersinergi namun tetap mandiri dan membuka peluang untuk kreativitas.

Selanjutnya, para karyawan mesti diberikan otonomi (meski terbatas) di dalam lingkup pekerjaannya dan kesempatan untuk mengembangkan keahliannya. Ini sesuai dengan teori motivasi intrinsik yang terdiri dari otonomi, penguasaan keahlian, dan mencari makna; yaitu dengan menggali arti dari suatu pekerjaan selain dari sekedar mencari gaji. Mencapai tujuan perusahaan seiring dengan meraih tujuan pribadi dari hati.

Penetapan tujuan ini juga harus sangat diperhatikan oleh para pembuat keputusan di dalam jajaran eksekutif. Sasaran-sasaran yang tidak pas dan tidak jelas tentunya akan memancing reaksi yang mendemotivasi. Target kerja yang terlalu tinggi atau sulit akan sangat membebani dan target yang terlalu mudah akan membawa kebosanan.

Begitu juga jika ukuran-ukuran pencapaian prestasi tidak jelas dan transparan hanya akan memadamkan semangat dari para pekerja. Perusahaan harus bisa secara adil memberikan penghargaan dan imbalan kepada pekerja yang tepat yang terbukti telah berkontribusi. Hal ini dilakukan dengan penilaian kinerja yang menggunakan ukuran-ukuran atau indikator yang jelas.

Selain itu, kerja sama tim yang dibangun lewat rapat-rapat dan acara-acara baik yang formal maupun informal perlu dibangun dengan sinergi yang saling menguatkan. Dan semangat kompetisi bisa dikobarkan dengan menciptakan persaingan yang sehat antar kelompok dan staf. Perselisihan jangan sampai terjadi dengan menjaga keterbukaan dan komunikasi.

Masing-masing karyawan memiliki karakter dan latar belakang yang beragam. Ada kalanya pendekatan individual diperlukan, untuk mencari motivasi intrinsik yang spesifik pada setiap individu. Opini, umpan balik, dan pernyataan dari semua pekerja perlu diserap dari kegiatan wawancara yang rutin dan pertanyaan yang tertutup demi mengetahui faktor pendorong semangat kerja yang berbeda-beda dari para karyawan.

Dalam pertemuan empat mata antara atasan dan bawahan ini, perlu juga dibahas nilai dan makna dari pekerjaan sang karyawan. Betapa berharganya jabatannya dan membangun rasa bangga dalam memiliki tugas dan tanggung jawab pada posisinya. Harapan, optimisme, dan beragam sikap positif lainnya mesti ditanamkan oleh sang pemimpin. Pesan-pesan yang memberikan kesadaran pekerja ini harus diberikan secara berkala untuk mengingatkan kembali komitmen karyawan yang kendor.

Aktivitas diluar prosedur standar yang akan meningkatkan kompetensi seperti pelatihan dan kursus harus direncanakan dengan matang. Peningkatan keahlian dan kemampuan perlu diberikan agar karyawan termotivasi karena potensi kemajuan karirnya terbuka lebar. Dan sesekali, kegiatan di alam bebas bisa juga dijadwalkan sebagai penyegaran dan pembelajaran kekompakan dalam menaklukkan tantangan.

Pemberian insentif keuangan di luar gaji atau upah yang biasa perlu diperhitungkan dengan seksama. Uang bonus atau komisi bisa menjadi senjata makan tuan dan memotivasi karyawan jika tidak dikelola secara fair. Begitu juga dengan promosi, penambahan wewenang, dan segala bentuk peluang positif bagi pekerja yang tersedia di dalam perusahaan harus diatur secara terbuka.

Terakhir, komunikasi atasan kepada bawahan dengan metode yang persuasif akan memacu motivasi kerja. Teknik-teknik persuasi yang memanfaatkan reaksi emosi tanpa perlu berpikir panjang bisa memberikan pengertian untuk bekerjasama secara harmonis. Argumentasi yang terlalu logis dan kompleks justru akan membawa arah pembicaraan menjadi berlarut-larut dan menurunkan semangat karyawan dalam berkontribusi.

Misalnya, berbicara dengan mempertimbangkan aspek psikologis, neurologis, dan kondisi emosi sang pekerja justru seringkali menjadi metode berkomunikasi yang paling efektif dan efisien. Pendekatan personal yang dilengkapi dengan teknik-teknik persuasi ini, akan sangat efektif dalam memotivasi karyawan.

Ada banyak teknik persuasi yang bisa digunakan oleh manajemen untuk memotivasi karyawan, contohnya; memanfaatkan hasrat ingin diakui dan berkelompok, mempengaruhi lewat kedekatan dan asosiasi, membangun kepatuhan dengan penguatan otoritas dan konsistensi komitmen, menciptakan perasaan loyal kepada pekerjaan lewat peningkatan nilai pekerjaan, aturan-aturan yang mendorong inovasi, memancing rasa ingin membalas kebaikan perusahaan, dan seterusnya. Teknik-teknik persuasi dan motivasi ini akan saya tuliskan di lain kesempatan. Salam semangat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar