Minggu ini saya
menyempatkan untuk mendatangi butik-butik di kota Palavas sekitar 10 km dari
kota saya di Montpellier. Di kota yang memiliki pantai inilah kami sekeluarga
sering menghabiskan waktu, untuk sekadar ngopi, bermain pasir atau jalan-jalan
santai di kota kecilnya yang cantik.
Saat sedang cuci
mata salah satu butik perhiasan, menarik mata saya... aih ternyata penjualnya
adalah orang Indonesia yang juga kenalan
saya. Rupanya teman saya yang bermukim di Bali ini, setiap musim panas dia
kembali ke kota Palavas untuk berjualan dan suaminya yang memiliki
restoran dengan beberapa menu Indonesia
juga membuka rumah makannya setiap musim panas. Setelah berbincang sedikit dan
mengambil foto saya pun pamit untuk meneruskan melihat-melihat buti-butik
lainnya.
Di depan butik
EscaleJava saya berhenti. Saya masih ingat ketika pertama berjumpa dengan
pemilik toko itu di tahun 2000, dia masih berjualan di pasar. Rela menutup
usahanya di Yogyakarta dan Bali demi cintanya kepada si istri perancisnya dan
juga buah hatinya. Maka teman saya, Agus Kurniawan ini memutuskan untuk mencoba
usaha di Perancis.
Kami pun jadi
mengobrol mencoba mengenang saat awal dirinya mencoba menawarkan produk
kerajinan Indonesia kepada masyarakat di Perancis. Saya ingat berkali-kali
berjumpa dengannya dulu di pasar yang diadakan setiap minggu, barang yang
digelar memang dari awal sudah menarik mata pengunjung. Boleh dibilang tak
terlalu pasaran.
Dan empat tahun
kemudian, dia berhasil membawa barang dagangannya ke dalam butik di kota
Palavas yang dinamakannya EscaleJava. Butik yang menawarkan hasil kerajinan
Indonesia khususnya kerajinan tangan ini, langsung diminati para pengunjung.
Memang barang yang ditawarkan terlihat lebih halus dan unik dibandingkan buatan
China atau Thailand. Dari segi harga pun rupanya produk Indonesia cukup bisa
bersaing dengan negara lainnya.
"Itulah
kelebihan kerajinan buatan Indonesia, masih dibuat oleh tangan dan orang
Perancis sangat menghargai kerajinan tangan. Makanya mereka tak terlalu suka
buatan China karena bagi mereka terlalu pabrik sifatnya," tutur Agus
menerangkan mengapa hasta karya Indonesia tetap nomor satu diminati di sini.
Perhiasan
Indonesia paling diminati
Waktu teman saya
Agus menyatakan jika kini telah memiliki toko hingga empat, saya sampai kaget
dibuatnya. Bayangkan dari mulai menggelar di pasar kini bukan hanya empat toko
saja yang dipegangnya tapi juga bisa memperkerjakan tenaga orang Perancis!
"Wow! Hebat
kamu ya! Biasanya kan orang Indonesia yang jadi pekerja, ini malah
kebalikannya. Kamu yang gaji mereka, top lah...!!" kata saya memuji.
"Tapi
ngomong-ngomong mereka digaji legal atau gelap nih?' tanya saya penasaran,
karena tahu memperkerjakan pegawai di Perancis itu sangat mahal biayanya.
"Waduh..! ya
legal lah...," jawabnya dengan logat kental jawanya.
"Di sini
kalau aku gaji orang gelap-gelapan kalau sampe ketahuan bisa berabe aku!
Dideportasi nanti aku. Wahhh... gawat dong!" jawabnya sambil tertawa.
Menurut Agus,
kerajian tangan Indonesia yang selalu laris dibeli pengunjung adalah perhiasan.
Dirinya menerangkan salah satu yang membedakan hasil kerajinan buatan Indonesia
dengan negara lainnya adalah kehalusannya juga corak warna dan motifnya.
"Kalau Indonesia punya itu motifnya apik. Karena negara kita ini kaya dengan budaya jadi
motifnya nggak bisa negara lain tiru," ujar teman saja itu.
"Wanita
Perancis juga Eropa sangat menyukai perhiasan esotik dari bahan alami.
Perhiasan Indonesia yang kebanyakan dari batok kelapa, karet, batu-batuan,
kerang memiliki gaya tersendiri yang negara lain tak memilikinya. Kalaupun ada,
lain deh cita rasanya..., kita rata-rata lebih unggul," tuturnya bangga.
Juga karena orang
Indonesia itu kreatif, maka modelnya selalu berkembang dan berganti-ganti,
makanya turis pun senang membelinya sebagai cenderamata.
Agus melanjutkan
lagi. "Misalnya untuk aksesoris, kalau dari China kan keliatan banget ya
Din...buatan pabrik, orang Perancis kurang suka. Nah sementara kalau saya nih,
untuk perhiasan bikinnya saja di Madura dan Banyuwangi. Dan yang mengerjakan
istri-istri nelayan yang mencari kegiatan sekaligus pemasukan selama suami
mereka berlayar mencari ikan," ujarnya.
"Kalau
begitu selain jadi bos, kamu juga memperdayakan sumber manusia di Tanah Air
dong ya? Ck-ck-ck, salut deh aku sama kamu!" puji saya sekali lagi
padanya.
Pemerintah kurang
mendukung
"Yaahhh
begitulah, sesama perajin harus saling membantu dan mendukung," ucap Agus.
Hanya sayang, pemerintah kurang mendukung kita-kita ini para perajin dan
pengusaha kerajinan Indonesia," katanya.
"Maksud kamu
Agus?" tanya saya.
"Contoh
kecil saja deh Din, untuk pameran misalnya. Bila ada pameran di luar negeri, di
Perancis deh misalnya, yang datang untuk ikut pameran dari Indonesia bukannya
perajin beneran yang memang tahu seluk beluk kerajinan dan juga usaha di bidang
itu, melainkan malah orang-orang lain yang tak ada hubungannya yang datang
untuk pameran, cuma buat jalan-jalan....gitu loh!" katanya kesal.
"Kok untuk
jalan-jalan? Ya mahal dong?" tanya saya heran.
"Yaahh itu
dia, karena pemerintah kasih ongkos dan bantuan untuk perajin, sayangnya sering
kali salah kasih orang!" jawabnya sambil nyengir.
Kami pun jadi
serius membicarakan masalah ini, tapi saya jelaskan kepadanya lain waktu saya
akan tulis khusus soal ini. Kali ini saya ingin lebih berbicara ringan padanya.
Menurut Agus,
rencana ke depan baginya adalah memasarkan pareo, yakni kain penutup biasa
digunakan di pantai asal mulanya dari Hawai. Alasannya, pareo buatan Indonesia
jauh lebih bagus dan halus bahannya dibandingkan buatan Thailand. Namun saat
ini sayangnya orang lebih mengenal pareo buatan negeri Siam tersebut. Padahal
dirinya yakin bila pareo dibuat dengan motif unik dengan kain halus solo maka
pareo dari Tanah Air, kita akan menjadi nomor satu.
Saya menjadi merenung,
memang benar bila saya perhatikan hasil kerajinan tangan Indonesia sangat
menawan dan bisa menjadi sumber pemasukan penting bagi negara. Setiap kali saya
pulang kampung oleh-oleh yang saya berupa kerajinan tangan Indonesia selalu
mendapat pujian luar biasa dari kerabat kami. Bahkan rumah mertua saya saja
penuh dengan kerajinan tangan dari negara menantunya, bangga sekali dirinya.
Jangankan orang asing, saya saja yang orang Indonesia, sangat menyukai
kerajinan tangan Tanah Air.
Setiap pulang
kampung, surga saya adalah ketika bisa mengunjungi pameran kerajinan Indonesia.
Rasanya semua mau saya borong, begitu cantik, apik dan menawan... dan laris
manis pula di Perancis...
Editor :
I Made Asdhiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar