Teknik motivasi
yang sukses akan meningkatkan produktivitas dalam pencapaian tujuan. Beberapa
teknik motivasi yang telah teruji dapat diterapkan manajemen suatu perusahaan
untuk mendorong kinerja dari para karyawannya.
Beberapa manajer
bisa saja menggunakan teknik-teknik yang kurang baik yang memicu rasa takut
seperti bentakan dan ancaman. Memang ketakutan yang dialami anak buahnya akan
memancing respons emosi yang membuat mereka bekerja.
Namun, hasilnya
hanya memberikan hasil dalam jangka pendek dan akan merugikan dalam jangka
panjang. Ketakutan yang memicu produktivitas akan berubah menjadi kebencian
yang tidak produktif. Walaupun begitu, ketegasan tetap menjadi kualitas yang
perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. Jadi, daripada menebar ketakutan lebih
baik menanamkan rasa hormat dengan kesantunan yang karismatik.
Pemberian
motivasi kepada para karyawan lebih efektif jika dilakukan dengan cara-cara
yang baik. Meskipun begitu, kebaikan tersebut jangan sampai menjadi kelemahan
dalam memimpin karena kurangnya ketegasan. Pemimpin yang baik disegani karena
bisa tegas namun tetap santun, bukan malah menciptakan ketegangan dan
ketakutan, stres yang tak perlu.
Teknik motivasi
yang baik haruslah mengedepankan nilai-nilai yang positif. Perubahan dan
perbaikan dilakukan dengan budaya yang saling mendukung. Para manajer dapat
menjadi teladan yang menginspirasi dan mengawal budaya kerja yang saling
menghargai ini. Bersinergi namun tetap mandiri dan membuka peluang untuk
kreativitas.
Selanjutnya, para
karyawan mesti diberikan otonomi (meski terbatas) di dalam lingkup pekerjaannya
dan kesempatan untuk mengembangkan keahliannya. Ini sesuai dengan teori
motivasi intrinsik yang terdiri dari otonomi, penguasaan keahlian, dan mencari
makna; yaitu dengan menggali arti dari suatu pekerjaan selain dari sekedar
mencari gaji. Mencapai tujuan perusahaan seiring dengan meraih tujuan pribadi
dari hati.
Penetapan tujuan
ini juga harus sangat diperhatikan oleh para pembuat keputusan di dalam jajaran
eksekutif. Sasaran-sasaran yang tidak pas dan tidak jelas tentunya akan
memancing reaksi yang mendemotivasi. Target kerja yang terlalu tinggi atau
sulit akan sangat membebani dan target yang terlalu mudah akan membawa
kebosanan.
Begitu juga jika
ukuran-ukuran pencapaian prestasi tidak jelas dan transparan hanya akan
memadamkan semangat dari para pekerja. Perusahaan harus bisa secara adil
memberikan penghargaan dan imbalan kepada pekerja yang tepat yang terbukti
telah berkontribusi. Hal ini dilakukan dengan penilaian kinerja yang
menggunakan ukuran-ukuran atau indikator yang jelas.
Selain itu, kerja
sama tim yang dibangun lewat rapat-rapat dan acara-acara baik yang formal
maupun informal perlu dibangun dengan sinergi yang saling menguatkan. Dan
semangat kompetisi bisa dikobarkan dengan menciptakan persaingan yang sehat
antar kelompok dan staf. Perselisihan jangan sampai terjadi dengan menjaga
keterbukaan dan komunikasi.
Masing-masing
karyawan memiliki karakter dan latar belakang yang beragam. Ada kalanya
pendekatan individual diperlukan, untuk mencari motivasi intrinsik yang
spesifik pada setiap individu. Opini, umpan balik, dan pernyataan dari semua
pekerja perlu diserap dari kegiatan wawancara yang rutin dan pertanyaan yang
tertutup demi mengetahui faktor pendorong semangat kerja yang berbeda-beda dari
para karyawan.
Dalam pertemuan
empat mata antara atasan dan bawahan ini, perlu juga dibahas nilai dan makna
dari pekerjaan sang karyawan. Betapa berharganya jabatannya dan membangun rasa
bangga dalam memiliki tugas dan tanggung jawab pada posisinya. Harapan,
optimisme, dan beragam sikap positif lainnya mesti ditanamkan oleh sang
pemimpin. Pesan-pesan yang memberikan kesadaran pekerja ini harus diberikan
secara berkala untuk mengingatkan kembali komitmen karyawan yang kendor.
Aktivitas diluar
prosedur standar yang akan meningkatkan kompetensi seperti pelatihan dan kursus
harus direncanakan dengan matang. Peningkatan keahlian dan kemampuan perlu
diberikan agar karyawan termotivasi karena potensi kemajuan karirnya terbuka
lebar. Dan sesekali, kegiatan di alam bebas bisa juga dijadwalkan sebagai
penyegaran dan pembelajaran kekompakan dalam menaklukkan tantangan.
Pemberian
insentif keuangan di luar gaji atau upah yang biasa perlu diperhitungkan dengan
seksama. Uang bonus atau komisi bisa menjadi senjata makan tuan dan memotivasi
karyawan jika tidak dikelola secara fair. Begitu juga dengan promosi,
penambahan wewenang, dan segala bentuk peluang positif bagi pekerja yang
tersedia di dalam perusahaan harus diatur secara terbuka.
Terakhir,
komunikasi atasan kepada bawahan dengan metode yang persuasif akan memacu
motivasi kerja. Teknik-teknik persuasi yang memanfaatkan reaksi emosi tanpa
perlu berpikir panjang bisa memberikan pengertian untuk bekerjasama secara
harmonis. Argumentasi yang terlalu logis dan kompleks justru akan membawa arah
pembicaraan menjadi berlarut-larut dan menurunkan semangat karyawan dalam
berkontribusi.
Misalnya,
berbicara dengan mempertimbangkan aspek psikologis, neurologis, dan kondisi
emosi sang pekerja justru seringkali menjadi metode berkomunikasi yang paling
efektif dan efisien. Pendekatan personal yang dilengkapi dengan teknik-teknik
persuasi ini, akan sangat efektif dalam memotivasi karyawan.
Ada banyak teknik
persuasi yang bisa digunakan oleh manajemen untuk memotivasi karyawan,
contohnya; memanfaatkan hasrat ingin diakui dan berkelompok, mempengaruhi lewat
kedekatan dan asosiasi, membangun kepatuhan dengan penguatan otoritas dan
konsistensi komitmen, menciptakan perasaan loyal kepada pekerjaan lewat
peningkatan nilai pekerjaan, aturan-aturan yang mendorong inovasi, memancing
rasa ingin membalas kebaikan perusahaan, dan seterusnya. Teknik-teknik persuasi
dan motivasi ini akan saya tuliskan di lain kesempatan. Salam semangat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar