”coba
ingat sederhananya bahagia, saat bermain hujan" kataku lirih
“ini
terlalu malam untuk bermain hujan”
Sambutku
bungkam tak ada lagi sosok yang riang mengajakku berlarian tanpa banyak bicara,
bermain hujan. Ingatkah kau sebelum saat ini kau suka hujan, "tidak!" Kau mencintainya
bermain berlari bersama dengan alunan derak rintik. kau tak kenal payung yang
sekiranya akan menahan hujan sampai ke porimu. sampai ketika kau melepaskankan
riang mu pada semua hal yang kau sebut "realistis"
kau
bersembunyi dari derasanya, kau menutup telingamu dari suara perciknya. kau
rangkap ragamu hanya untuk membiarkan sejuknya hujan tak menyentuh tubuhmu. kau
mulai membenci hujan, kerap kali kau salahkan hujan, kau menghindari akan
keberadaan hujan hanya karena alasan yang semua orang alami tapi kau terlalu
menganggap sempit sebuah kedewasaan.
"kita
cukup dewasa untuk berhenti bermain hujan" katamu.
"lalu
kenapa??!!" tolakku.
kau
sering mengatakan aku konyol saat bermain hujan. "hey!! siapa yang
mengenalkanku dengan hujan, tentang semua kesenangan bermain dibawahnya?"
kusadar
kedewasaan menggeretmu keluar dari kesenangan bersamaku. aku bahagia dengan
kedewasaanmu, tapi aku merindukan sosokmu jauh sebelum ini. aku merindukan
kanak-kanakmu yang akan berteriak gembira saat kau lihat langit penuh dengan
rapatan air hujan, aku merindukan kanak-kanakmu yang menarikku mentah-mentah
ketengah hujan tanpa berfikir panjang, kesenanganmu begitu sederhana saat itu.
dan
kini aku membenci kesenanganmu yang baru, sama sederhananya seperti dulu hanya
saja kini kau senang saat rapatan titik air yang ada di langit berkurang dan
sampai akhirnya datang sinar langit kontras, cerah
Hingga
kini, kau masih tetap membenci aku masih setia menanti hujan datang untuk
sekadar mencari sederhananya kebahagianmu yang mungkin tertinggal disetiap
celah hujan. Tetap menunggumu sadar kembali walau hanya sebatas keyakinan yang
mungkin tak sama dengan kau yang kemarin. "ku tunggu kau berbagi hujan
denganku"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar